KELAS :3EA06
NPM :11208525
STUDI : PERILAKU KONSUMEN
Berbagai Fakta Tentang Berperilaku Berbelanja
Saat ini, perkembangan pusat perbelanjaan di Indonesia semakin meningkat tajam. Hal ini bisa menjadi salah satu indikator daya beli masyarakat Indonesia yang cenderung meningkat perlahan namun pasti. Mungkin di antara kita pun merasakan bahwa tempat belanja di Indonesia mengalami pertumbuhan dan pergeseran. Kalau kita cermati, konsumen Indonesia cenderung lebih menyukai berbelanja di modern outlet dibandingkan traditional outlet. Terbukti dengan ekspansi minimarket modern sepeti Alfamart dan Indomart yang begitu aggresive.
I.GAYA BELANJA ,PERBEDAAN ORANG YANG EKONOMINYA MEMADAI DAN YANG EKONOMINYA LEMAH .
Ekonomi yang memadai :
- mereka lebih sering berbelanja di mall dan supermarket
- ketika membayar belanjaan mereka menggunakan ATM atau credit cart.
- Kebiasan mereka berbelanja tidak pada tujuan yang ingin di beli.,
- Berbelanja selalu mencari mutu dan kualitas serta harga mahal.
- ketika membayar belanjaan mereka menggunakan ATM atau credit cart.
- Kebiasan mereka berbelanja tidak pada tujuan yang ingin di beli.,
- Berbelanja selalu mencari mutu dan kualitas serta harga mahal.
Ekonominya yang lemah :
-Beda dengan kondisi ekonominya yang lemah ketika berbelanja pada suatu tempat mereka lebih mencari kebutuhan mereka .
-Dan ketika berbelanja mereka akan mencari harga yang sesuai dengan kondisi keuangan mereka.
-Mereka lebih sering berbelanja di pasar tradisional.
II. Cara berbelanja pria :
Berbicara tentang gaya belanja dan pusat perbelanjaan, saya ingin mencoba berdiskusi tentang perilaku belanja pria single dan telah menikah. , kedua kategori ini memiliki perbedaan dalam perilaku belanja dan pemilihan shopping outlet. Selain itu, perkembangan pusat belanja modern pun telah menciptakan persepsi tersendiri tentang belanja di kalangan pria. Semoga tulisan sederhana yang saya buat ini bisa dijadikan informasi tambahan dan topik diskusi untuk kita semua.
Pada dasarnya konsumen berbelanja untuk mendapatkan manfaat yang bersifat emotional dan functional. Dari sisi emosional, konsumen berbelanja untuk mendapatkan hiburan/refreshing, cara/kegiatan bersantai, kesempatan untuk mendapatkan informasi/hal baru, bersosialisasi dengan teman, dan menghabiskan waktu dengan teman atau keluarga. Sedangkan dari sisi fungsional, belanja dilakukan untuk mendapatkan barang yang diinginkan dan dibutuhkan, mendapatkan harga dan barang terbaik.
Mungkin dulu aktivitas berbelanja lebih cenderung menjadi kegiatan wanita. Namun saat ini banyak pria menilai bahwa berbelanja dianggap sebagai salah satu tugas dari pria. Namun pria single dan yang telah menikah memiliki persepsi serta perilaku yang tentu berbeda meskipun keduanya tetap memiliki persamaan mendasar ketika berbelanja seperti pria akan lebih cenderung untuk loyal kepada brand yang sebelumnya telah digunakan dibandingkan wanita.
Secara umum pria memiliki urutan tertentu ketika berbelanja. Sebagian besar pria akan mengunjungi bagian elektronik pertama kali, kedua bagian kebutuhan pokok, ketiga makanan ringan dan minuman, keempat kategori toiletries, kelima fresh foods, dan terakhir adalah food court.
Pria single menganggap kegiatan belanja adalah entertaining and socializing activities sedangkan pria yang telah menikah menilai belanja sebagai media untuk mendapatkan waktu berkualitas bersama keluarga. Pria yang telah menikah akan lebih mengedepankan kebutuhan keluarga dibandingkan diri sendiri ketika berbelanja dan akan lebih mengontrol setiap pengeluaran.
Disamping itu, loyalty program pun akan mendapatkan feedback yang berbeda dari pria single dan yang telah menikah. Pria single tidak merasakan keuntungan lebih dari adanya loyalty program dan sebaliknya untuk pria yang telah menikah. Pria yang telah menikah menilai loyalty program akan memberikan manfaat besar untuk mendapatkan diskon dan special offer. Ketertarikan terhadap loyalty program pun dipengaruhi oleh besarnya anggaran untuk berbelanja.
Konsumen pria pun menentukan channel belanja disesuai dengan tujuan berbelanja. Minimarket akan cenderung dipilih jika hanya berbelanja dalam jumlah yang besar. Hypermarket dipilih jika akan berbelanja dalam jumlah kapasitas besar misalkan belanja bulanan. Dan supermarket dipilih oleh konsumen jika selain berbelanja, mereka pun ingin memenuhi kebutuhan bersosialisasi.
Selain itu, citra outlet pun akan mempengaruhi keputusan berbelanja. Berdasarkan survey Nielsen, Giant dan Carrefour lebih banyak dikunjungi oleh konsumen pria dibandingkan Hero dan supermarket yang lainnya. Hero dinilai sebagai supermarket yang cenderung lebih ”wanita”, dinilai sebagai high class supermarket karena memiliki product range yang dilengkapi oleh imported brand ternama, dan biasanya berada di kawasan berbelanja seperti mall.
Giant dipersepsikan sebagai supermarket yang sering memberikan diskon dan dilengkapi oleh free parking; food court; play ground. Dikategorikan sebagai supermarket yang memiliki harga murah sesuai dengan tag line Giant yaitu Lebih Murah dan Hemat. Terakhir adalah Carrefour yang merupakan salah satu hypermarket yang memiliki pertumbuhan luar biasa di Indonesia. Dari segi pelayanan, Carrefour dinilai sangat baik untuk program customer loyalty serta memberikan fasilitas tambahan seperti
Sebagai kesimpulan bahwa pesatnya pertumbuhan pusat belanja di Indonesia ternyata diiringi dengan perubahan perilaku konsumen pria ketika berbelanja dan memilih tempat belanja. Hal ini membuat manajemen pusat perbelanjaan untuk lebih sensitive melihat perubahan perilaku konsumennya untuk tetap bertahan di era persaingan yang semakin kompetitif.
Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa kita lebih menyukai cokelat daripada vanili, film aksi daripada film drama atau musik rock daripada jazz? Alasannya mungkin telah muncul jauh sebelum kita lahir dan telah tumbuh kembang dari nenek moyang kita dahulu kala.
Dan hasil analisis dengan menggunakan paket program SPPSS menunjukkan bahwa ada enam faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam memilih pasar swalayan yang dikunjunginya dan ada tujuh faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam membeli barang di pasar swalayan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah faktormutu barang, faktor harga barang, faktor kecepatan pelayanan, faktor kenyamanan berbelanja, faktor keramahan dari pelayan/pramuniaga dan faktor kebersihan tempat. Apabila suatu pasar swalayan mempunyai kelebihan pada faktor-faktor di atas seperti menawankan harga jual relatif murah, pelayanannya memberikan tanggapan yang lebih cepat kepada konsumen, kenyamanan berbelanja yang lebih baik dan menarik, kelengkapan barang-barang yang diperlukan konsumen juga lebih komplit, layanan yang ramah dan kondisi ruangan yang tampak bersih maka konsumen akan memilih dan membeli barang kebutuhannya di pasar swalayan .
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar