SEMANGAT MENGEJAR IMPIAN

SEMANGAT MENGEJAR IMPIAN
BELAJAR MANAJEMEN

Hasil karya kiki mey

Rabu, 01 Desember 2010

WORSHOP DI KAMPUS GUNADARMA ( hypnosis as an art of education or a criminal)



hypnosis as an art of education or a criminal
Hipnosis Sebagai Sebuah Seni Pendidikan atau Penjahat



MENGUAK (kembali)STAGE HYPNOSIS/ HIPNOSIS PANGGUNGBy Iwan Ketan (Authorized Hypnosis Instructor).
Pekan lalu kembali saya mendapatkan telpon dari seseorang yang minta Forensic Hypnosis. Singkat cerita dia bilang kalau ada kemungkinan kalau pasangan hidupnya selingkuh sehingga untuk menguak kebenarannya beliau minta saya menghinotis pasangan hidupnya tersebut seperti di TV.
Karena berdasar informasi yang diterima dari tontonan tersebut begitu mudahnya seseorang dibikin tidur dan menjawab pertanyaan dengan polosnya. Menyikapi permintaan tersebut, saya pun harus meluruskan apa hypnosis dan bagaimana proses hypnosis (atau orang awam bilangnya hipnotis) yang sebenarnya terjadi. Karena tidak serta merta seseorang bisa dihipnosis dan langsung menerima sugesti yang diberikan. Mendengar kata hipnotis, tidak semua dari kita kemudian menjadi nyaman.


Bisa jadi ada ketakutan hadir dalam fikiran. Jangan-jangan yang dimaksud dengan hipnotis adalah kejahatan yang ada di sekitar kita.


Atau jangan-jangan hipnotis itu adalah sebuah ilmu ghaib seperti halnya yang kita lihat di layar televisi seseorang penghipnotis memiliki kemampuan mempermainkan fikiran seseorang sehingga orang tersebut dibikin lupa nama hingga bertingkah yang aneh-aneh.


Apakah benar itu yang bernama hipnotis?Atau bahkan anda mulai semakin bertanya tanyaBenarkah hipnotis itu mistik?Benarkah hipnotis itu musrik?DefinisiUntuk mengetahui manakah yang benar tentang hipnotis, mungkin kita lebih baik mencari dari makna katanya.Menurut http://www.thefreedictionary.com/Definisi Hipnotis adalah sebagai berikut:hypnotist :
o Proses terjadinya dari suatu hipnosis
o Orang yang melakukan Hipnosis
Masih dari http://www.thefreedictionary.com/ SedangkanHypnosis itu sendiri memiliki arti sebagai :Suatu kondisi baru yang dialami seseorang sehingga mengalami imajinasi didalam fikirannya melalui kekuatan sugestiJika demikian lantas mana yang benar hipnotis atau hipnosis?Kalau menurut saya pribadi seharusnya hipnosis adalah yang lebih tepat.


Namun karena sudah terlanjur kata "hipnotis" lebih dikenal di masyarakat, maka dalam tulisan kali ini saya akan menggunakan kedua kata tersebut.Lantas bagaimana hypnosis itu yang sebenarnya?Saya berterima kasih kepada kawan-kawan MyQ (Yayasan Insan Mayantara) yang mengundang saya untuk berbagi tentang ilmu hypnosis.


Dimana ketika mendemokan hypnosis , murni hanyalah komunikasi persuasive semata atau tepatnya komunikasi super sugestif yang membuat seseorang mengakses kekuatan fikiran bawah sadar manusia.Hypnosis pada prinsipnya memiliki proses. Namun prosesnya tidak seinstan seperti di televisi. Karena kalau ditelevisi banyak bagian proses hypnosis yang disembunyikan di belakang layar.


Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu spot mereka untuk tampil di televisi.Kalau menurut prosedur, maka proses Hypnosis yang digunakan dalam Panggung/ Hiburan biasanya memerlukan 6 tahapan :


1. Tahap I , tahap Perkenalan (Building Rapport), dimana pada proses ini sang penghipnosis harus membuat keakraban dan memiliki otoritas (dipercaya) oleh suyetnya (suyet = orang yang dihipnosis).


2. Tahap II, tahap Pre Induction, dimana para proses ini sang penghipnosis mengetes dengan sugesti ringan, apakah orang tersebut bisa dihipnosis atau tidak.Prinsip utama hipnosis adalah setiap hypnosis adalah self hypnosis. Artinya seseorang hanya bisa dihipnosis kalau dirinya mau dihipnosis. Persetujuan seseorang bisa dihipnosis biasanya kalau di layar kaca adalah ketika seseorang tersebut tidak berontak atau menolak untuk dihipnosis. Jadi hypnosis pada dasarnya tidak bisa terjadi kalau saja sang suyet menolak untuk dihipnosis.Persetujuan untuk menerima dihipnotis bukan saja dengan menganggukan kepala atau dengan mengatakan "iya" semata. Akan tetapi juga indirect agreement yaitu Ketika seseorang mendatangi sang penghipnosis sebenarnya itu adalah persetujuan juga (persetujuan tidak langsung) antara orang tersebut dengan sang penghipnosis. Sama seperti anda terhipnosis dengan "DISKON" di Mall/supermarket. Yaitu ketika anda datang ke tempat diskon dan kemudian sulit rasanya menolak diri dari membeli barang tersebut, maka proses anda menuju ke tempat diskon itu juga termasuk indirect agreement(Persetujuan tidak langsung) Karena pada prinsipnya “Hipnosis hanya berlaku jika orang tersebut mengizinkan dirinya dihipnosis”, maka tentunya sang penghipnosis yang terhebat sekalipun tidak akan pernah bisa menghipnosis orang yang mereka tidak pernah mengizinkan dirinya dihipnosis, kalaupun bisa biasanya menggunakan trapping method (metode jebakan)


3. Tahap III, dari proses ini adalah tahap Induction, dimana para proses ini sang penghipnosis melakukan induksi hipnotis, baik itu relaksasi maupun rapid (Rapid adalah hypnosis dengan kejutan dan biasanya sang penghipnotis melanjutkannya dengan berkata “tidur”).


4. Tahap IV, tahap Deepening, adalah proses dimana sang suyet, dibuat lebih nyenyak dan lebih lelap dalam tidurnya. Hal ini disebabkan pada saat seseorang di-induksi pertama kali , bagi mereka yang belum pernah dihipnosis biasanya kalau menurut skala Davis Husband Scale (Skala ada digambar berikut) biasanya mereka tertidur pada skala “Light Trance” atau sekitar skala “6-12”Deepening adalah hal yang penting dalam proses hypnosis.

Karena dengan deepening inilah seseorang baru bisa diketahui apakah sudah sampai level dimana sugesti bisa diterima atau tidak.

Kalau menurut Skala ini , maka kejadian pada “Show“ Forensic Hypnosis di layar kaca dimana ada seseorang yang baru pertama kali kenal kemudian dihipnosis langsung bisa sampai level “Somnabulism" itu tidak akan pernah bisa terjadi. Karena Somnabulism adalah level dimana biasanya proses Forensic Hypnosis itu terjadi.” Sedangkan untuk mencapai level Somnabulism, biasanya diperlukan deepening terlebih dahulu melalui dari level Hypnoidal, Light Trance, Medium Trance barulah sampai di level Somnabulism.Sehingga besar kemungkinan proses deepening menuju level Somnabulism dilakukan di balik layar. Karena untuk melakukan proses deepening ini membutuhkan proses yang tidak sebentar. Sehingga dengan seseorang sudah dibawa ke kondisi Somnabulism sebelumnya maka orang tersebut dapat dengan mudah dan cepat langsung kepada kondisi Somnabulism, yaitu level hypnosis dimana forensic hypnosis biasanya dilakukan.


5. Tahap V, tahap SugestiTahap sugesti adalah tahap dimana sang Penghipnosis memberikan informasi yang kemudian dianggap layak diterima oleh sang suyet. Tidak semua sugesti bisa diterima oleh Suyet. Hal ini disebabkan di dalam Pikiran manusia masihlah ada Filter Value. Filter Value ini bertugas untuk menyaring informasi mana saja yang bisa diterima dan informasi mana saja yang ditolak karena tidak sesuai dengan value yang dipercaya oleh sang Penghipnosis.


Misalnya seseorang wanita muslimah yang kemudian disuruh melepaskan jilbabnya. Ketika hal tersebut bertentangan oleh Value Agama yang diyakininya maka sepanjang hal tersebut diyakini dengan teguh oleh sang suyet maka Sang Penghipnosis tidak akan mampu membuat sang suyet melepaskan jilbabnyaNamun ketika sugesti itu bisa diterima oleh Filter Pikiran, maka orang tersebut malah bisa melakukan hal-hal yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh orang normal. Seperti mematahkan besi dengan tangan, memakan api, jalan diatas paku, atau mengangkat mobil dengan tangannya. Hal ini disebabkan orang tersebut sudah mengakses kekuatan Pikiran bawah sadar yang luar biasa.


6. Tahap VI, tahap Terminasi (selesai kembali normal) .Ketika proses hypnosis sudah selesai, maka biasanya suyet dikembalikan ke kondisi awal/semula. Untuk proses pengembalian ke kondisi normal dibutuhkan prosedur counting (hitung 1 sampai 5) agar sang suyet bisa kembali ke kondisi normal dengan aman. Tepukan tangan untuk menyadarkan orang yang terhipnosis bukanlah cara terminasi yang aman. Bahkan malah membuat orang pusing seperti kaget ketika bangun dari tidurnya.Wow ternyata prosedur hypnosis yang sesungguhnya tidak semudah yang mungkin kita kira selama ini.


Ada tahapan-tahapan yang mungkin belum sempat disampaikan oleh media, maupun sang Penghipnosis. Hal ini bisa jadi karena keterbatasan waktu mereka show di TV yang memiliki durasi yang cukup singkat.Seperti yang kita ketahui mungkin selama ini masih banyak yang menganggap hypnosis adalah ilmu yang mistis bahkan ada yang menganggap sesat maupun haram. Sehingga penulisan prosedur hypnosis panggung dalam tulisan saya kali ini, semoga memberikan informasi proses hypnosis yang lebih jelas. Dan juga dengan penulisan artikel ini para pembaca dapat lebih memahami bahwa hypnosis tidak se-simple yang kita lihat bersama di televisi.


Mungkin kalau di Televisi ada orang yang dihipnosis kemudian bercerita tentang dirinya dalam waktu yang cepat dan mudah, maka bisa jadi sudah ada proses di balik layar sebelumnya.Saya menyadari tulisan sederhana ini pastilah belum memuaskan para pembaca akan ilmu hypnosis. Karena ilmu hypnosis baru dapat diketahui rasanya ketika para pembaca mengalaminya secara pribadi (Personal Experience).
SUMBER :
www.google.com
worshop di gunadarma
























































































Jika mungkin para pembaca masih penasaran atau ingin mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana Hypnosis itu sebenarnya terjadi, saya senang sekali bisa berdiskusi dengan anda melalui Facebook di "Iwan Ketan" atau jika anda berminat saya memberikan EBook Hypnosis Gratis untuk anda.





Cukup dengan mengirimkan permintaan ebook ke smiletrainer@gmail.com dan saya akan mengirimkan ebook tersebut untuk Anda.Semoga sederhana tulisan ini memberikan manfaat untuk kita semua.





SUMBER :


http://www.google.com/


WORSHOP

TUGAS 4 PERSEPSI KONSUMEN


nama :kiki mey
kelas : 3ea06
study :perilaku konsumen



Persepsi konsumen


Pengertian persepsi menurut sciffman dan kanuk (1993,p.146),adalah “perception is the process by which an individual select organizes and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world’,dari defenisi tersebut.

Diperoleh pengertian bahwa persepsi adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih,mengorganisasikan ,dan menginterprestasikan ransangan –ransangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.persepsi timbul karena adanya stimulus(ransangan ).

Berdasarkan defenisi persepsi tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa persepsi dapat timbul karena adanya ransangan dari luar yang akan menekan saraf sensorik seseorang dalam melalui kelima indranya yaitu penglihatan,pendengaran,pembauan,perasaan,dan sentuhan.
Menurut sciffman dan kanuk (1993,p158-166),setiap persepsi manusia akan berbeda untuk

Realitas yang sama hal ini di sebabkan karena adanya perbedaan dalam :

1. Perceptual selection yaitu secara alamiah dan dengan tidak sadar seseorang akan memilih sendiri stimulus atau ransangan yang menarik dan sesuai bagi dirinya.


2. Perceptual organization yaitu pada hakekatnya seseorang akan menagkap stimulus yang telah ia seleksi sebagai suatu kesatuan yang utuh.


3. Perceptual interpretation yaitu setiap orang mempunyai interprestasi yang tidak sama terhadap suatu fenomena yang bersifat individual dan unik. Setelah ada seleksi dan pengorganisation stimulus yang di terima.




Contoh : persepsi konsumen terhadap tagline :

Pada umumnya, tagline dari iklan rokok kerap dihubungkan dengan hal-hal yangmengarah pada dunia pria seperti petualangan atau maskulinitas. Berbeda dengantagline “Tanya Kenapa?” dari iklan A Mild, yang berani mengusung topik-topiksosial berupa berbagai realitas kehidupan yang sedang hangat di tengah masyarakatIndonesia.

Tagline ini mampu menyampaikan pesan dengan cara yang unik, makatidak mengherankan tagline ini menghantarkan A Mild sebagai satu-satunya merekyang memenangkan penghargaan terbanyak di ajang Citra Pariwara. Situasidemikian, menjadikan tagline ini sebagai fenomena yang menarik.

Di tengah persaingan yang ketat dalam situasi masyarakat yang kebanjiraninformasi (overcommunicated society), perhatian konsumen dapat terpecah denganbanyaknya informasi tersebut.
Tidak mudah suatu produk untuk diingat dan menjadiperhatian konsumen, maka positioning penting untuk ditinjau. Berdasarkan haltersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenaipersepsi konsumen terhadap tagline “Tanya Kenapa?” dan positioning rokok A Mild.Sesuai tujuan penelitian,.

maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif.Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan alat ukur berupakuesioner.

Kuesioner pertama mengukur variabel persepsi terhadap tagline berupaskala Likert. Kuesioner kedua mengukur variabel positioning berupa pertanyaanterbuka. Adapun karakteristik sampel pada penelitian ini yaitu konsumen rokok AMild yang berusia 18-24 tahun yang berdomisili pada wilayah DKI Jakarta. Jumlahsampel pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang, dengan teknik sampling yangdigunakan adalah non-probability sampling berupa accidental sampling.

Berdasarkan hasil penelitian, konsumen memiliki persepsi terhadap tagline “TanyaKenapa?” sebagai tagline yang memiliki kekuatan untuk memandang masalah dengansudut pandang yang baru dan berbeda, dapat dipercaya, diingat, dan memiliki maknapenting bagi konsumen.

Adapun persepsi konsumen cenderung dominan padakreativitas tagline tersebut.
Hal ini yang mengarahkan sebagian besar konsumenmemosisikan rokok A Mild sebagai rokok yang kreatif. Sementara itu, gambaranpositioning rokok A Mild lainnya berkenaan dengan posisi rokok ringan (low tar).Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tagline tersebut mampu memberikankontribusi dalam pembentukan posisi rokok A Mild dalam persepsi konsumen.

sumber : pemikiran saya sendi ri dan + www.google.com

Selasa, 30 November 2010

TUGAS 3 .MODEL STP (segmenting, targeting, and positioning).

Nama : kiki mey santamariana
Kelas : 3ea06
Npm :11208525
Study : perilaku konsumen




MODEL STP (segmenting, targeting, and positioning).




Kita mengenal marketing pertama kali dengan istilah STP (segmenting, targeting, and positioning).
STP dalam pelaksanaannya tidaklah mudah. SULIT sekali.
Segmenting saja sudah ribet. Berdasarkan demografi, psikografi, behavior?
Targeting dan positioning juga bukannya mudah. Wong customers adalah pribadi yang unik. Behavior-nya berubah-ubah dan diubah-ubah oleh brand.
Akarnya memang dari penentuan segmenting dan profiling suatu masyarakat yg sedemikian kompleksnya.

- Mau dibuat berdasarkan demografi? yg mana basisnya? living atau working place? living di Serpong, working place di Pulo Gadung.
- Umur? kita kan suka sekat-sekat umur tuh kalo buat riset. Skrg apa bedanya remaja 17 thn dengan remaja 15 thn? Bisa dijamin sama perilaku-nya? Gimana dengan etnis? Lah wong sekarang banyak yg ude kawin campur? Belom lagi yg sudah terpengaruh budaya asing dari lingkungan sekitarnya.

- Skrg mo berdasarkan behavior deh. Nah, lebih ruwet lagi. Wong waktu saya lagi bad mood dengan pas lagi senang ga sama kok perilaku saya. Sy bisa easy going pas lagi senang, tapi buset “reseh”nya pada saat lagi “bad mood”. Sy bisa beli barang “x” tanpa liat harga kalo lagi terburu2, sementara di lain waktu mikir 2x.
Sekarang ini adalah community semakin kuat pengaruhnya, walaupun sebetulnya ini bukan isu baru.

Sejak lahir manusia memang makhluk sosial. Artinya apa? Ya punya komunitas! Contohnya saja saya. Saya punya komunitas sendiri. Temen-temen gaul saya. Temen-temen partner bisnis. Keberadaan saya mempengaruhi mereka dan keberadaan setiap individu dalam komunitas saya juga mempengaruhi saya. Katakan saja ini adalah Informal Social Community yang sifatnya masih tertutup dalam lingkungan sendiri.
Saya punya komunitas marketing club. Bersama marketing-club, kita belajar bersama dan tidak jarang kita memberikan masukan kepada banyak. Hahaha…walaupun belum sih jadi momok atau gudang kritik bagi para marketers. Sudah jadi Formal Community nih yg pengaruhnya mulai meluas kemana2.

Sebuah brand pun punya pengguna yang pastinya punya komunitas lho!Komunitas berdasarkan demografi dan komunitas berdasarkan gaya hidup dan perilaku/hobi tertentu.
Contohnya saja, sebuah produk bernama kartu layanan Halo Corporat…Bisa dibagi berdasarkan komunitas berdasarkan industri yang tentunya punya karakteristik pelanggan yang hampir sama, komunitas berdasarkan lokasi, komunitas berdasarkan profesi, komunitas berdasarkan hobi tertentu, dsbnya.

Contoh lagi,
sebuah pengguna Oreo, bisa dibagi berdasarkan komunitas anak-anak penggemar basket, anak-anak penggemar sepak bola, anak-anak doyan game, anak-anak nerd, dsbnya.
Contoh lagi, sebuah brand bernama TimeZone di cabang Kelapa Gading, bisa dibagi berdasarkan komunitas anak-anak doyan game individual seperti playstation, sony, dsbnya atau anak-anak doyan game komunitas seperti Ragnarok.
Waduh, apa artinya ini Benar!

Teori marketing sedang berevolusi berbasis sesuatu yang lebih jelas, dan bukan kompleks seperti sebuah masyarakat umum. Teori STP mulai bergerak dengan basis COMMUNITY.

Maksudnya adalah: dipilih dulu COMMUNITY-nya, baru kemudian dilakukan STP analysis. Lebih mudah ketimbang menggunakan society atau SES ABC yg biasa kita lakukan. Kenapa? karena biasanya COMMUNITY punya kesamaan tertentu. Misalnya ya, COMMUNITY Golf ya artinya dari SES A.
Walaupun memang tidak semua sama ya, tapi at least ada karakteristik yg sama. Bisa juga tempat misalnya SLANKERS wilayah Bandung. Bisa juga umur misalnya Club Basket. Contoh COMMUNITY activities paling afdol adalah dengan melihat “DJARUM BLACK”

sumber:
http://www.google.com/
http://www.bloger.com/
pemikiran sdiri

Tugas 2 Variabel Utama Dalam Segmentasi Pasar

Nama : kiki mey santamariana
Kelas : 3ea06
Npm :11208525
Study : perilaku konsumen


Variabel utama dalam segmentasi pasar


Segmentasi pasar dan keanekaragaman pasar merupakan dua konsep yang saling mengisi. Tanpa pasar yang beranekaragam yang terdiri dari berbagai macam orang dengan latar belakang, negara asal, kepentingan, kebutuhan, dan keinginan yang berbeda, hanya sedikit alasan untuk mengadakan segmentasi pasar.Sebelum diterimanya konsep pemasaran secara luas cara yang umum untuk melakukan bisnis dengan konsumen adalah melalui pemasaran masal, yaitu penawaran produk atau bauran pemasaran yang sama kepada setiap orang. Segmentasi pasar menyusul sebagai cara yang lebih logis untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
DEFINISI SEGMENTASI PASARSegmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai proses membagi pasar menjadi irisan-irisan konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran pemasaran yang berbeda.Segmentasi pasar merupakan langkah pertama dalam strategi pemasaran tiga tahap. Strategi pemasaran tiga tahap yaitu:
- Membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok yang homogen.
- Memilih satu segmen atau lebih yang dijadikan target. Pemasar harus mengambil keputusan atas dasar bauran pemasaran yang khusus yaitu produk, harga, saluran, dan/atau daya tarik promosi khusus untuk setiap segmen yang berbeda.
- Menentukan product positioning (posisi produk) sehingga dirasakan oleh para konsumen di setiap segmen yang dibidik sebagai produk yang memberikan kepuasan lebih baik daripada berbagai penawaran bersaing lainnya.
Segmentasi pasar banyak digunakan oleh para pelaku bisnis, diantaranya:
- Para pemasar, karena strategi segmentasi pasar menguntungkan kedua belah pihak di pasar, para pemasar barabg-barang konsumen menjadi bergairah untuk melaksanakannya.
- Para pengecer, contohnya The Gap membidik berbagai segmen umur, pendapatan, dan gaya hidup di berbagai toko eceran yang berbeda.
Hotel-hotel, membagi pasar mereka dan menargetkan jaringan hotel yang berbeda ke segmen pasar yang berbeda.
Perusahaan manufaktur industry, membagi pasar-pasar mereka, seperti yang dilakukan organisasi nirlaba dan media.
Badan-badan amal, seperti Palang Merah memfokuskan usaha-usaha pengumpulan dana pada “para penyumbang besar”.
Beberapa Pusat Seni Drama, Musik, dan Seni Tari, membagi para pelanggan atas dasar pencarian manfaat dan telah berhasil meningkatkan pengunjung melalui daya tarik promosi khusus.
Bagaimana segmentasi pasar beroperasi?Studi segmentasi pasar direncanakan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan berbagai kelompok spesifik, sehingga barang dan jasa khusus dapat dikembangkan dan ditingkatkan untuk memuaskan kebutuhan setiap kelompok.Studi segmentasi juga digunakan untuk menuntun perancangan ulang atau pengaturan ulang posisi produk tertentu atau penambahan segmen baru. Riset segmentasi digunakan oleh para pemasar , berbagai stasiun TV dan radio sampai surat kabar dan majalah untuk:
Menutup kesenjangan produk,
Mengenali media yang paling cocok untuk menempatkan iklan,
Menentukan karakteristik pemirsa dan pendengar serta mengumumkan temuan-temuan untuk menarik para pemasang iklan yang mencari pendengar yang serupa.

DASAR SEGMENTASI PASARDalam menyusun strategi segmentasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih dasar yang paling tepat untuk membagi pasar. Sembilan kategori utama karakteristik konsumen yang menjadi dasar untuk melakukan segmentasi adalah:
1. Segmentasi GeografisPada segmentasi geografis, pasar dibagi menurut tempat. Teori dalam strategi ini adalah bahwa orang yang tinggal di daerah yang sama memiliki kebutuhan dan keinginan yang serupa, dan bahwa kebutuhan dan keinginan ini berbeda dari kebutuhan dan keinginan orang-orang yang tinggal di daerah-daerah lain. Sebagai contoh, penjualan produk makanan tertentu dan/atau bermacam-macam makanan lebih baik di satu daerah daripada di berbagai daerah lain. Misalnya, nasi gudeg penjualan paling baik di Yogyakarta, sate ayam penjualan paling baik di Madura, buah apel penjualan paling baik di Malang, dll.Segmentasi geografis merupakan strategi yang berguna bagi banyak pelaku pemasaran. Menemukan berbagai perbedaan berdasarkan geografis relative mudah untuk berbagai produk. Di samping itu, segmen-segmen geografis dapat dicapai dengan mudah melalui media local, yang mencakup surat kabar, TV, radio, dan majalah.
2. Segmentasi DemografisKarakteristik demografis yang paling sering digunakan sebagai dasar untuk segmentasi pasar antara lain:
Usia,
Gender (jenis kelamin),
Status perkawinan,
Pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan, dsb.
Demografis membantu menemukan pasar target atau sasaran. Informasi demografis merupakan cara yang paling efektif dari segi biaya dan paling mudah diperoleh untuk mengenali target. Data-data demografis lebih mudah diukur daripada berbagai variabel segmentasi lain. Berbagai variabel denografis mengungkapkan kecenderungan yang memberikan isyarat berbagai peluang bisnis, seperti pergeseran usia, jenis kelamin, dan distribusi penghasilan.
3. Segmentasi PsikologisKarakteristik psikologis merujuk ke sifat-sifat diri atau hakiki konsumen perorangan. Strategi segmentasi konsumen sering didasarkan pada berbagai variabel psikologis khusus. Misalnya, para konsumen dapat dibagi menurut motivasi, kepribadian, persepsi, pengetahuan, dan sikap.
4. Segmentasi PsikografisBentuk riset konsumen terapan ini biasa disebut analisis gaya hidup. Profil psikografis salah satu segmen konsumen dapat dianggap sebagai gabungan berbagai kegiatan (activities), minat (interests), dan pendapat (opinions) (AIO) konsumen yang dapat diukur. Dalam bentuk yang paling umum, studi psikografis AIO menggunakan serangkaian pernyataan (daftar pernyataan psikografis) yang dirancang untuk mengenali berbagai aspek yang relevan mengenai kepribadian, motif membeli, minat, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai konsumen.
5. Segmentasi Sosial BudayaBerbagai variabel sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) yaitu variabel sosial budaya menjadi dasar-dasar lebih lanjut bagi segmentasi pasar. Sebagai contoh, berbagai pasar konsumen telah berhasil dibagi lagi menjadi berbagai segmen berdasarkan tahap dalam siklus kehidupan keluarga, kelas sosial, nilai-nilai budaya inti, keanggotaan subbudaya, dan keanggotaan lintas budaya.
6. Segmentasi Terkait PemakaianBentuk segmentasi ini sangat popular dan efektif dalam menggolongkan konsumen menurut karakteristik produk, jasa, atau pemakaian merek, seperti tingkat pemakaian, tingkat kesadaran, dan tingkat kesetiaan terhadap merek. Segmentasi tingkat pemakaian membedakan antara pemakai berat, pemakai menengah, pemakai ringan, dan bukan pemakai produk, jasa, atau merek khusus.
7. Segmentasi Situasi PemakaianPara pemasar memfokuskan pada situasi pemakaian sebagai variabel segmentasi disebabkan oleh kesempatan atau situasi sering menentukan apa yang akan dibeli atau dikonsumsi para konsumen.
8. Segmentasi ManfaatBerubahnya gaya hidup memainkan peran utama dalam menentukan manfaat produk yang penting bagi konsumen, dan memberikan peluang bagi pemasar untuk memperkenalkan produk dan jasa baru. Segmentasi manfaat dapat digunakan untuk mengatur posisi berbagai merek ke dalam golongan produk yang sama.
9. Segmentasi GabunganTiga pendekatan segmentasi gabungan (hybrid segmentation approach) adalah:
Profil Psikografis-Demografis
Profil psikografis dan demografis merupakan pendekatan yang saling melengkapi yang akan memberikan hasil maksimal jika digunakan bersama.

10. Segmentasi Geodemografis
Jenis segmentasi gabungan ini didasarkan pada pendapat bahwa orang yang hidup dekat dengan satu sama lain mungkin mempunyai keuangan, selera, pilihan, gaya hidup, dan kebiasaan konsumsi yang sama.
VALS 2
System VALS secara lebih tegas memfokuskan pada usaha menjelaskan perilaku membeli konsumen.KRITERIA UNTUK MEMBIDIK SEGMEN PASAR SECARA EFEKTIFUntuk menjadi target yang efektif, maka segmen pasar tertentu haruslah:
Dapat diidentifikasi,
Mencukupi (dari sudut ukuran),
MELAKSANAKAN STRATEGI SEGMENTASI Strategi Pemasaran yang Berbeda (Differential Marketing) adalah menentukan target beberapa segmen dengan menggunakan bauran pemasaran individual.Strategi Pemasaran
Stabil atau bertumbuh,
Dapat dimasuki (dapat dijangkau) dari sudut media maupun biaya.

Terpusat (Concentrated Marketing) adalah menentukan target hanya satu segmen dengan satu bauran pemasaran unik.Kontrasegmentasi adalah usaha untuk mengetahui kebutuhan yang lebih umum dan karakteristik konsumen yang akan diterapkan kepada anggota dua segmen atau lebih, dan menggabungkan kembali segmen-segmen itu ke dalam satu segmen yang lebih luas.
Daftar Pustaka:Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behaviour, 9th ed. New Jersey, Pearson Prentice Hall.